TESTIMONI

Terima Kasih Atas Pelayanan Yang Memuaskan Dari Global Graphics, Saya akan menjadi pelanggan tetap.., Asep Iskandar

Minggu, 20 November 2011

TIPOGRAFI DALAM DESAIN KOMUNIKASI VISUAL



ABSTRAK
Di dalam era informasi saat ini kehadiran desain komunikasi visual sangatlah dibutuhkan.
Sesuai dengan namanya, desain komunikasi visual mempunyai tujuan untuk
mengkomunikasikan pesan yang dapat ditangkap oleh massa dengan benar. Salah satu
elemen desain yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan suatu desain dalam
berkomunikasi dengan masyarakatnya adalah tipografi. Tulisan ini membahas bagaimana
dan apa peran tipografi tersebut dalam desain komunikasi visual.

DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
Manusia sebagai mahluk sosial mempunyai kebutuhan untuk hidup bersama dan
berkomunikasi dengan sesama. Komunikasi tersebut dapat dilaksanakan secara lisan,
visual, atau gabungan keduanya. Tanda-tanda lalu lintas, papan nama jalan, tiket bis,
majalah, koran, papan reklame, label, dan lain sebagainya adalah beberapa contoh dari
berbagai bentuk komunikasi secara visual yang kita temui sehari-hari.


Desain komunikasi visual adalah sarana komunikasi untuk menyampaikan ide,
cerita, konsep, dan informasi melalui penglihatan. R. Buckminster Fuller, seorang desainer
dan arsitek yang menciptakan geodesic dome, mengatakan bahwa sebuah desain
komunikasi harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat tidak hanya untuk memuaskan
keinginan daripada desainer tersebut sendiri. 1 Dengan demikian, maka sebuah karya desain
komunikasi visual dapat dikatakan berhasil apabila ide, cerita, atau informasi yang ingin
disampaikan oleh karya tersebut dapat diterima oleh masyarakat (pengamat) dengan tepat.
Oleh karena itu, seorang desainer komunikasi visual harus dapat mengerti cara berpikir dan
reaksi kebanyakan orang (atau pengamat yang dituju). Persepsi pengamat lebih
dipentingkan daripada persepsi sang desainer.

Pada iklan papan sabun Lux, pengamat dihadapkan dengan artis yang cantik dan
lembut. Tanpa adanya kata “sabun Lux” atau logotype “Lux” dan keterangan lainnya pada
iklan tersebut, pengamat dapat mengartikannya sebagai iklan promosi bagi sang artis dan
bukan iklan sabun Lux. Contoh lain ialah pada brosur yang banyak ditemui di biro
perjalanan. Tanpa adanya keterangan mengenai tempat rekreasi yang ditawarkan, tempat
pendaftaran, jadwal perjalanan, dan lain-lain maka brosur tersebut dapat dianggap sebagai
kumpulan foto tempat-tempat rekreasi dan tidak membantu memberikan informasi bagi
pengamat.

Pentingnya kesamaan persepsi antara desainer dan pengamat dalam desain
komunikasi visual membuat tipografi sangat berperan, khususnya dalam bidang
penyampaian informasi seperti dalam brosur, poster, sampul buku, dan lain-lain. Disinilah
sebenarnya yang membedakan desain komunikasi visual dengan seni murni dan desain
yang lain; desain komunikasi visual harus dapat berkomunikasi dengan pengamatnya di
dalam persepsi yang sama.

TIPOGRAFI
Dalam desain komunikasi visual tipografi dikatakan sebagai ‘visual language’,
yang berarti bahasa yang dapat dilihat. Tipografi adalah salah satu sarana untuk
menterjemahkan kata-kata yang terucap ke halaman yang dapat dibaca. Peran dari pada
tipografi adalah untuk mengkomunikasikan ide atau informasi dari halaman tersebut ke
pengamat. Secara tidak sadar manusia selalu berhubungan dengan tipografi setiap hari,
setiap saat. Pada merek dagang komputer yang kita gunakan, koran atau majalah yang kita
baca, label pakaian yang kita kenakan, dan masih banyak lagi. Hampir semua hal yang
berhubungan dengan desain komunikasi visual mempunyai unsur tipografi di dalamnya.
Kurangnya perhatian pada tipografi dapat mempengaruhi desain yang indah menjadi
kurang atau tidak komunikatif.

Untuk membuat desain yang indah dan berkomunikasi, tipografi tidak dapat
dipisahkan dari elemen desain. Dalam membuat perencanaan suatu karya desain,
keberadaan elemen tipografi sudah harus selalu diperhitungkan karena dapat mempengaruhi
susunan hirarki dan keseimbangan karya desain tersebut.

Pengertian tipografi yang sebenarnya adalah ilmu yang mempelajari bentuk huruf;
dimana huruf, angka, tanda baca, dan sebagainya tidak hanya dilihat sebagai simbol dari
suara tetapi terutama dilihat sebagai suatu bentuk desain. Huruf ‘O’, contohnya, tidak saja
terbaca sebagai huruf ‘O’, tetapi juga terbaca sebagai bentuk lingkaran yang
mempengaruhi bidang suatu karya desain. Dimana dan bagaimana
seorang desainer meletakan huruf ‘O’ tersebut dapat mempengaruhi
legibilitas dan keseimbangan karya desain tersebut.
Sebagai seorang visual komunikator, desainer komunikasi
visual harus dapat membaca dan mengartikan bentuk atau gambaran.

Dalam perannya sebagai tipografer, seorang desainer harus dapat
mengetahui bentuk type yang bagaimana yang dapat menunjang arah desain dan
meramalkan reaksi daripada pengamatnya. Bentuk huruf italic dengan warna emas,
misalnya, sangat baik untuk digunakan pada sampul buku roman, dan sebaliknya bentuk
huruf roman, san serif, bold, sangat cocok untuk posterposter
politik.

Sejarah Tipografi
Tipografi, sebagai salah satu metode yang menterjemahkan kata-kata menjadi
bentuk atau gambaran sudah digunakan sejak jaman dahulu. Dimulai sejak awal jaman
lukisan di gua (early cave drawing age), dimana nenek moyang kita menggambarkan
pengalaman mereka di dinding gua. Pada awalnya, yang digunakan adalah pictogram, yaitu
gambar yang mewakili bentuk benda yang dimaksud. Secara perlahan, berdasarkan
asosiasi, beberapa pictogram berubah menjadi ideogram, yaitu simbol yang bentuknya tidak
persis mewakili bentuk yang dimaksud sehingga dapat digunakan untuk berbagai arti.

Ideoram berkembang sehingga mempunyai gaya penulisan yang tertentu dan mulai
mewakili bunyi suara. Karena berkembangnya peradaban manusia, maka berkembang pula
kosa kata dan kepentingan untuk menyimpan data. Seiring dengan perkembangan tersebut,
kecepatan dalam menulis juga berkembang sehingga bentuk individual simbol juga
semakin sederhana dan abstrak. Pada awal tahun 2800 sebelum Masehi, bangsa Sumaria
telah mempunyai sistem menulis dengan formal, abstrak simbol, yang disebut cuneiform,
yang kemudian menjadi basis daripada modern alphabet yang kita gunakan. Demikianlah
simbol-simbol tersebut terus berkembang dan bertambah sesuai dengan bunyi suara, dan
semakin abstrak bentuknya.

Melalui gerakan penyebaran kekuasaaan dan agama, bangsa Romawi juga
menyebarkan sistem penulisan terutama untuk menyimpan peristiwa dan ceritera, dimana
calligrafi menjadi populer dan berkembang. Kebutuhan membaca dan menulis juga
semakin meningkat.

Peran tipografer
Sampai pada jaman tersebut, tipografi sebagai bidang yang berfokus pada bentuk
huruf belum populer. Perkembangan tipografi mulai menjadi populer dimulai pada abad ke
lima belas dengan ditemukannya sistem pencetakan dengan menggunakan ‘movable type’.
Pada saat yang bersamaan, keinginan dan kemampuan membaca masyarakat juga
meningkat, membuat kebutuhan akan buku, surat kabar, dan lain-lain juga meningkat. Pada
saat inilah profesi tipografer mulai muncul. Fungsi daripada tipografer pada saat itu adalah
mengawasi keseluruhan proses produksi termasuk di dalamnya pembuatan huruf dan
pencetakannya.

Revolusi Industri membawa pengaruh terhadap kecepatan dan spesialisasi dalam
segala bidang. Sistem percetakan yang tadinya manual berubah menjadi mekanik.
Spesialisasi pekerjaan semakin berkembang, muncul spesialisasi pekerjaan seperti desainer
bentuk huruf (type designer), pengatur huruf (typesetter), pencetak (printers), dan lain
sebagainya. Desainer komunikasi visual dan tipografer adalah dua profesi yang berbeda,
walau fungsinya dalam suatu karya desain saling terikat. Dalam sebuah karya desain,
desainer komunikasi visual memberikan spesifikasi type yang dia inginkan, dan typesetter
akan melakukan penyusunan type tersebut bagi sang desainer. Segi positif dari spesialisasi
ini, setiap ahli semakin ahli dan bertanggung jawab pada bidangnya. Pada masa-masa ini
dapat dilihat penggunaan type yang lebih memperhatikan keindahan bentuk huruf.

Tehnologi semakin berkembang sehingga ditemukannya DTP (desktop publishing),
yang memberikan kesempatan bagi para desainer untuk menyusun type sendiri; desainer
komunikasi visual juga berfungsi sebagai tipografer. Segi positifnya adalah pada saat
tersebut terbuka kesempatan untuk bereksperimen dengan huruf dan terbuka kebebasan
menggunakan huruf dengan lebih leluasa.

Pengaruh dari kemajuan teknologi tersebut membawa dampak pada penggunaan
illustrasi dan foto pada karya desain. Kemampuan mencetak gambar dengan kualitas yang
baik membuat banyak desainer komunikasi visual tergerak untuk menggunakan gambar
sebagai inti dari karya desainnya dan kecenderungan mengesampingkan tipografi. Selain
itu, kemudahan dalam proses produksi desain melahirkan banyak desainer amatir yang
kurang mengerti prinsip-prinsip desain dan pentingnya tipografi. Akibatnya, banyak kita
temui desain sampul majalah, poster, brosur, yang penyusunan hurufnya tidak sejalan
dengan tema dan gambar yang digunakan, sehingga terdapat kesan bahwa huruf-huruf
tersebut asal diletakan saja.

Desain Tipografi
Dalam suatu karya desain, semua elemen yang ada pada void (ruang tempat
elemen-elemen desain disusun) saling berkaitan. Tipografi sebagai salah satu elemen desain
juga mempengaruhi dan dipengaruhi oleh elemen desain yang lain, serta dapat
mempengaruhi keberhasilan suatu karya desain secara keseluruhan. Penggunaan tipografi
dalam desain komunikasi visual disebut dengan desain tipografi.

Tulisan tangan adalah sederetan tanda-tanda yang mempunyai arti dan dibuat
dengan tangan. Komponen dasar daripada tipografi adalah huruf (letterform), yang
berkembang dari tulisan tangan (handwriting). Berdasarkan ini, maka dapat disimpulkan
bahwa tipografi adalah sekumpulan tanda-tanda yang mempunyai arti. Penggunaan tandatanda
tersebut baru dapat dikatakan sebagai desain tipografi apabila digunakan dengan
mempertimbangkan graphic clarity dan prinsip-prinsip tipografi yang ada.

Ada empat buah prinsip pokok tipografi yang sangat mempengaruhi keberhasilan
suatu desain tipografi yaitu legibility, clarity, visibility, dan readibility.
Legibility adalah kualitas pada huruf yang membuat huruf tersebut dapat terbaca.

Dalam suatu karya desain, dapat terjadi cropping, overlapping, dan lain sebagainya , yang
dapat menyebabkan berkurangnya legibilitas daripada suatu huruf. Untuk menghindari hal
ini, maka seorang desainer harus mengenal dan mengerti karakter daripada bentuk suatuhuruf dengan baik. Selain itu, penggunaan huruf yang mempunyai karakter yang sama
dalam suatu kata dapat juga menyebabkan kata tersebut tidak terbaca dengan tepat, seperti
contoh di bawah ini.

fail Diambil dari Typographic Design: Form and Communication
tail Huruf 'f', 't', 'j', mempunyai karakteristik yang sama sehingga ada
jail kemungkinan terbaca dengan kurang tepat

Diambil dari Typographic Form: Form and Communication
Apabila menggunakan copping, bagian atas daripada huruf lebih dapat terbaca
daripada bagian atasnya.

Readibility adalah penggunaan huruf dengan memperhatikan hubungannya dengan
huruf yang lain sehingga terlihat jelas. Dalam menggabungkan huruf dan huruf baik untuk
membentuk suatu kata, kalimat atau tidak harus memperhatikan hubungan antara huruf
yang satu dengan yang lain. Khususnya spasi antar huruf. Jarak antar huruf tersebut tidak
dapat diukur secara matematika, tetapi harus dilihat dan dirasakan. Ketidak tepatan
menggunakan spasi dapat mengurangi kemudahan membaca suatu keterangan yang
membuat informasi yang disampaikan pada suatu desain komunikasi visual terkesan kurang
jelas. Huruf-huruf yang digunakan mungkin sudah cukup legible, tetapi apabila pembaca
merasa cepat capai dan kurang dapat membaca teks tersebut dengan lancar, maka teks
tersebut dapat dikatakan tidak readible. Pada papan iklan, penggunaan spasi yang kurang
tepat sehingga mengurangi kemudahan pengamat dalam membaca informasi dapat
mengakibatkan pesan yang disampaikan tidak seluruhnya ditangkap oleh pengamat.
Apabila hal ini terjadi, maka dapat dikatakan bahwa karya desain komunikasi visual
tersebut gagal karena kurang komunikatif. Kerapatan dan kerenggangan teks dalam suatu
desain juga dapat mempengaruhi keseimbangan desain. Teks yang spasinya sangat rapat
akan terasa menguasai bidang void dalam suatu bentuk, sedangkan teks yang berjarak
sangat jauh akan terasa lebih seperti tekstur.

Prinsip yang ketiga adalah Visibility. Yang dimaksud dengan visibility adalah
kemampuan suatu huruf, kata, atau kalimat dalam suatu karya desain komunikasi visual
dapat terbaca dalam jarak baca tertentu. Fonts yang kita gunakan untuk headline dalam
brosur tentunya berbeda dengan yang kita gunakan untuk papan iklan. Papan iklan harus
menggunakan fonts yang cukup besar sehingga dapat terbaca dari jarak yang tertentu.
Setiap karya desain mempunyai suatu target jarak baca, dan huruf-huruf yang digunakan
dalam desain tipografi harus dapat terbaca dalam jarak tersebut sehingga suatu karya desain
dapat berkomunikasi dengan baik.

Prinsip pokok yang terakhir adalah clarity, yaitu kemampuan huruf-huruf yang
digunakan dalam suatu karya desain dapat dibaca dan dimengerti oleh target pengamat
yang dituju. Untuk suatu karya desain dapat berkomunikasi dengan pengamatnya, maka
informasi yang disampaikan harus dapat dimengerti oleh pengamat yang dituju. Beberapa
unsur desain yang dapat mempengaruhi clarity adalah, visual hierarchy, warna, pemilihan
type, dan lain-lain.

Keempat prinsip pokok daripada desain tipografi tersebut di atas mempunyai tujuan
utama untuk memastkan agar informasi yang ingin disampaikan oleh suatu karya desain
komunikasi visual dapat tersampaiakn dengan tepat. Penyampaian informasi tidak hanya
merupakan satu-satunya peran dan digunakannya desain tipografi dalam desain komunikasi
visual. Sebagai seuatu elemen desain, desain tipografi dapat juga membawa emosi atau
berekspressi, menunjukan pergerakan elemen dalam suatu desain, dan memperkuat arah
daripada suatu karya desain seperti juga desain-desain elemen yang lain. Maka dari itu,
banyak kita temui desain komunikasi visual yang hanya menggunakan tipografi sebagai
elemen utamanya, tanpa objek gambar.

KESIMPULAN
Penggunaan desain tipografi dalam sebuah karya desain komunikasi visual dapat
memperkuat keberhasilan karya tersebut dalam berkomunikasi, namun dapat juga
menjatuhkan kualitas desain apabila tidak dipergunakan dengan tepat.
Melihat begitu besarnya pengaruh desain tipografi di dalam suatu karya desain
komunikasi visual, maka sangatlah penting bagi para desainer untuk mengerti tentang
tipografi dan bagaimana cara menggunakannya dalam suatu karya desain dengan baik dan
benar.

Kesensitifan seorang desainer, yang pada waktu menggunakan elemen tipografi
juga berfungsi sebagai seorang tipografer, terhadap bentuk dan penggunaan tipografi
sangatlah diperlukan. Kebebasan dalam menggunakan elemen tipografi, yang melanggar
prinsip pokok dari desain tipografi dapat mengurangi kemampuan sebuah desain untuk
berkomunikasi. Di lain pihak, kehadiran desain tipografi yang tidak senada dengan image
atau gambar dan arah desain yang dituju, meskipun sesuai dengan prinsip tipografi yang
ada juga akan mengganggu keseimbangan dalam sebuah desain.

Terganggunya keseimbangan dan kemampuan penyampaian informasi dalam
sebuah desain merupakan dua hal yang sangat fatal. Keseimbangan dan informasi, harus
dapat berjalan bersama. Tanpa adanya keseimbangan dalam karya desain membuat desain
tersebut kurang mutlak dan akan mengganggu pengamatan, sebaliknya sebuah desain yang
indah dan seimbang jugalah tidak dapat dikatakan berhasil apabila pengamat tidak mampu
memperoleh informasi apapun darinya.

Seorang desainer komunikasi visual harus mampu dan mempunyai kesensitifan
dalam mengintegrasi desain elemen yang lain seperti gambar, warna garis-garis dan lain
sebagainya dengan desain tipografi. Kunci keberhasilan suatu karya desain komunikasi
visual terletak pada kmampuan suatu karya desain menyampaikan informasi dengan tepat
secara kreatif. Tipografi sebagai bentuk visual dari sebuah komunikasi merupakan sarana
penyampaian informasi memegang peranan yang sangat penting dalam desain komunikasi
visual.

KEPUSTAKAAN
Cotton, Bob, The New Guide to Graphic Design, Oxford, 1990.
Labuz, Ronald, Contemporary Graphic Design, Van Nostrand Reinhold, New York,1991.
Rob carter, Ben Day, Philip Meggs, Typographic Design: Form and Communication, Van
Nostrand Reinhold, New York, 1993.
Carter, John, Typography 223 A Notes, California State University, Fullerton, 1993.
Abbey, Norm, Typographic Design Art 50 A Notes, Pasadena City College, Pasadena,
1992.

Priscilia Yunita Wijaya
Dosen Jurusan Desain Komunikasi Visual
Fakultas Seni dan Desain – Universitas Kristen Petra
sumber : dgi